PERANAN
SURVEI HIDROGRAFI DALAM EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI
Oleh:
M.
RICY ISMAIL
151
10 016
mricyismail@gmail.com
Pendahuluan- Minyak dan gas bumi, merupakan salah
satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara pada saati ini.
Kebutuhan masyarakat dunia akan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui ini
pun semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di bumi serta
perkembangan industri-industri dan transportasi yang membutuhkan minyak dan gas
sebagai sumber energinya. Sedangkan ketersedian cadangan minyak dan gas bumi
yang ada pun semakin menipis.
Beberapa dekade
yang lalu, minyak dan gas bumi masih sangat mudah ditemukan di daratan karena
minyak sudah muncul dengan sendirinya ke atas permukaan tanah. Kemudian seiring
berjalannya waktu, minyak mulai dicari sampai kedalaman 10-20 meter, semakin
lama manusia terus mencari cadangan-cadangan minyak di darat dengan kedalaman
yang semakin bertambah. Namun manusia mulai menyadari bahwa cadangan minyak di
darat jumlahnya semakin terbatas dan semakin habis seiring penggunakan bahan
bakar minyak yang sangat tinggi dan belum adanya sumber energi alternatif
sangat yang menjanjikan di masa depan. Oleh karena itu mulailah eksplorasi
minyak dan gas di lepas pantai. Awalnya eksplorasi hanya dilakukan pada laut
yang yang relatif dangkal, setelah banyak ditemukan dan jumlahnya pun semakin
berkurang, manusia mulai melirik laut dalam. Namun eksplorasi minyak di laut
dalam ini tidaklah mudah, membutuhkan data-data yang sangat banyak dan akurat,
serta biaya ekplorasinya sangatlah mahal, sehingga dibutuhkan metoda dan perencanaan
yang bagus. Selain proses seismik yang dilakukan untuk mengetahui
lapisan-lapisan dibawah permukaan dasar laut juga dilakukan survei hidrografi
untuk mendapatkan data-data utama dan penunjang lainnya dalam eksplorasi ini.
Maka dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai peranan survei hidrografi dalam
eksplorasi minyak di laut.
Pembahasan- Terlebih dahulu akan dijelaskan apa itu
hidrografi. Hidrografi adalah suatu ilmu yang melakukan pengukuran, menguraian,
dan mengembangkan tentang: a) Sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut yang
dihasilkan oleh kegiatan survey bathimetrik, geologi dan geofisika; b) Hubungan
geografis (antara laut, perairan) dengan daratan terdekat yang dihasilkan
dengan kegiatan positioning; dan c) Sifat dan dinamika air laut yang dihasilkan
dengan pengukuran/pengamatan pasang surut, arus laut, gelombang dan sifat fisik
air laut. Ilmu hidrografi merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
diketahui dalam berbagai aktifitas manusia yang terjadi dipermukaan dan atau
dibawah permukaan laut maupun didasar laut.
Sedangkan
eksplorasi minyak merupakan tindakan atau melakukan perjalanan dengan tujuan
menemukan sumber-sumber cadangan minyak baru melalui sebuah kajian panjang yang
melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Eksplorasi minyak
awalnya hanya dilakukan didaerah daratan saja, namun seiring dengan
berkurangnya cadangan minyak serta meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar
minyak, maka eksplorasi minyak dan gas juga dilakukan di lautan.
Hubungan antar
kedua hal ini adalah ilmu hidrografi merupakan bidang ilmu penunjang dalam
proses eksplorasi minyak. Hidrografi berperan baik saat proses eksplorasi
maupun proses eksploitasinya. Beberapa macam survei hidrografi yang dilakukan
dalam proses eksplorasi ini adalah survei batimetri, penentuan posisi di laut,
pengamatan pasut, pengukuran pola dan kecepatan arus dan gelombang, pengukuran
sifat-sifat fisis air laut dan pengambilan contoh sedimen. Selanjutnya akan
dibahas dibawah ini;
1.
Penentuan
Posisi
Penentuan
posisi di laut merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam semua kegiatan
survei di laut. Tentu sebelum melakukan survei, kita harus mengetahui posisi
dan arah kapal bergerak sehingga saat melakukan survei, kapal bergerak pada
jalur survei yang telah ditentukan. Alat yang dipakai dalam penentuan posisi
adalah sistem DGPS, yang digunakan untuk penentuan posisi real time secara diferensial untuk objek yang bergerak (kapal
survei). Untuk merealisasikan tuntutan real
time-nya, maka stasiun referensi akan mengirimkan koreksi pseudorange
kepada navigator kapal survei.
2.
Survei
Batimetri
Survei
batimetri dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/
topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin
membahayakan. Alat yang digunakan dalam survei ini adalah Multibeam Echosounder. Prinsip kerja alat ini sama dengan single beam namun jumlah beam yang
dipancarkan adalah lebih dari satu pancaran. Pola pancarannya melebar dan
melintang terhadap badan kapal. Setiap beam akan mendapatkan satu titik
kedalaman hingga jika titik-titik kedalaman tersebut dihubungkan akan membentuk
profil dasar laut. Jika kapal bergerak maju hasil sapuan multibeam tersebut
menghasilkan suatu luasan yang menggambarkan permukaan dasar laut (Moustier,
1998). Data batimetrik ini nantinya juga berguna untuk menganalisis hambatan
yang mungki dan estimasi biaya pembangunan infrastruktur rig dan jalur pipa bawah laut.
3.
Pengamatan
Pasut
Pengamatan
pasut dilakukan untuk mendapatkan koreksi kedalaman hasil batimetri. Pengamatan
pasut bisa menggunakan pressure type tide
gauge yang ditempatkan di kedalaman tertentu, sehingga nanti alat itu akan
merekam perbedaan tekanan, yang nantinya memberikan data perubahan tinggi air
laut. Pengukuran pasut ini dilakukan selama dilakukan survei batimetri.
4.
Pengukuran
Arus
Pengukuran
arus dilakukan untuk mendapatkan data kecepatan dan pola arus. Data ini
dibutuhkan untuk keperluan perencanaan kekuatan infrastruktur yang akan
dibangun. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan Acoutic Doppler Current Profiler (ADCP). Prinsip kerjanya, alat ini
akan memancarkan gelombang akustik dengan frekuensi tertentu. Kemudian alat
ukur akustik mengukur frekuensi gelombang pantul yang dipantulkan oleh
material-material (yang bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan
gerak air). Karena adanya gerak relatif pemantul gelombang terhadap alat ukur
arus akustik, maka gelombang yang diterima akan mengalami efek doppler atau
berubah frekuensinya. Frekuensinya ini akan sebanding dengan perbedaan
kecepatan antara alat ukur arus akustik dengan lapisan arus yang diukur. Jika
arus tersebut bergerak menjauhi alat ukur arus akustik, maka frekuensi yang
akan ditangkap akan lebih kecil dan begitu juga sebaliknya. Pada alat ADCP ini
ada 3 transduser, yang pertama mengalami pergerakan arus arah barat-timur, yang
kedua mengamati pergerakan arus utara-selatan, dan yang ketiga mengamati
pergerakan arus atas-bawah. Dari vektor-vektor tersebut dapat ditentukan arah
arusnya masing-masing kolom yang diamati.
5.
Pengukuran
sifat-sifat fisis air laut
Pengukuran
sifat-sifat fisis air laut dilakukan menggunakan CTD. CTD adalah alat mengukur
karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman dan densitas. Secara umum sistem CTD terdiri dari unit masukan data/input, sistem
pengolahan, dan output. Unit masukan data terdiri dari sensor CTD,
rosette, botol sampel dan kabel koneksi, penggolahan menggunakan
perangkat lunak yang ada berupa system operasi ODV (Ocean Data View) dan
Microsoft Excel dan output berupa grafik dari data stasiun. (Hertikawati
2010). Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan
sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang mendeteksi suatu besaran,
kemudian mendapatkan data dari metode multiplex dan pengkodean (decode),
kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data
stream dengan dikirimkan ke kontrol unit via cabel ke komputer yang sudah
terpasang. Pengukuran ini dilakukan untuk memberikan koreksi untuk kecepatan
gelombang akustik di dalam kolom-kolom air tertentu.
Kesimpulan-
Kebutuhan masyarakat dunia akan bahan bakar minyak yang semakin besar serta
berkurangnya cadangan minyak yang ada di daratan, maka dilakukanlah eksplorasi
minyak di daerah lepas pantai. Seperti yang telah dijelaskan diatas, besar
sekali peran survei hidrografi dalam proses eksplorasi minyak di daerah lepas
pantai. Penentuan posisi di laut dilakukan agar mengetahui posisi kapal dan
agar kapal survei bergerak dijalur survei yang benar. Survei batimetri yang
dilakukan untuk mendapatkan data topografi sadar laut dan untuk menganalisis
hambatan serta estimasi biaya insfrastruktur platform pembor-an. Pengamatan pasut dilakukan untuk memberikan
koreksi kedalaman untuk data batimetri. Pengukuran kecepatan dan pola arus yang
dibutuhkan untuk perencanaan kekuatan platform
pengeboran nantinya. Serta pengukuran sifat-sifat fisis air laut untuk
memberikan koreksi kecepatan gelombang akustik di dalam kolom-kolom air laut.
Dengan mengetahui besarnya peran hidrografi dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi, maka ini adalah motivasi bagi calon-calon hidrografer untuk berkarir di
bidang migas.
Referensi
Abidin, H. Z.
2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. PT. Pradnya Paramita.Jakarta
Power point
seminar hidro “Kegiatan hidrografi untuk mendukung eksplorasi dan eksploitasi
migas lepas pantai”. Dishidros TNI AL. Yogyakarta.